1 dari 1 Kompasianer menilai Bermanfaat.
Pilipina sedang melakukan persiapan untuk mengembangkan produksi bioetanol dari bahan rumput laut karena dinilai lebih mudah dan murah dibanding menggunakan bahan lain seperti tebu ataupun kayu. Proyek yang dikerjasamai pemerintah Pilipina dan pemerintah Korea Selatan itu didukung oleh dana sebesar US$ 5 juta. Proyek akan dibangun dalam dua kelompok (cluster) yang meliputi pembukaan ratusan hektar areal pertanian rumput laut dan pengembangan berbagai industri hasil samping.Ketua Komisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Senator Edgardo Angara, menurut The BioenergySite.com mengungkapkan proyek tersebut akan menggunakan teknologi pengolahan bioetanol dari rumput laut yang telah dikembangkan oleh Institut Teknologi Industri Korea Selatan belum lama ini.
Bioetanol dari rumput laut telah terbukti lebih murah biaya dan menguntungkan dibanding dari tebu dan kayu karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga memungkinkan panen sampai enam kali dalam setahun. Apalagi rumput laut tumbuh subur di berbagai lokasi perairan Pilipina.
Biaya produksi bioetanol dari rumput laut lebih murah dibanding dari kayu karena rumput laut tidak mengandung lignin sehingga proses pengolahannya tidak direpoti penanganan pendahuluan.
Selain itu, sumbangan industri bioetanol dari rumput laut terhadap upaya meringankan dampak pemanasan global lebih besar karena etanol rumput laut menyerap karbon dari udara tujuh kali lebih besar dibanding bioetanol dari kayu.Pilipina adalah negara terkemuka dunia dalam hal produksi dan ekspor rumput laut olahan. Dua kluster industri rumput laut yang akan dibangun dengan dana US$ 5 juta di beberapa propinsi di Luzon Utara itu akan membuka peluang investasi pengembangan berbagai industri hasil samping bernilai tinggi seperti industri pakan, pupuk, bahan perbaikan tanah (soil conditioner) dan kosmetik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar